Sebuah penelitian menyebutkan waktu kehidupan rumah tangga dari bangun tidur hingga tidur kembali didominasi oleh komunikasi. Lebih dari 70% waktu dihabiskan untuk komunikasi. Secara tidak lansung ini berarti kualitas hubungan dalam rumah tangga sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi dalam rumah tangga tersebut. Jika komunikasi yang terjadi baik maka hubungan pun akan ikut membaik, begitu juga saat komunikasi yang terjadi buruk maka kualitas hubungan yang tercipta pun akan ikutan buruk.
Ustadz Mohammad Fauzil Adhim menyebutkan komunikasi memberi pengaruh yang cukup penting dalam sebuah hubungan terutama untuk dua hal. Pertama bagaimana kita menangkap komunikasi orang lain khususnya pasangan kita dan yang kedua adalah bagaimana kita mengkomunikasikan apa yang ingin kita sampaikan, apa yang kita rasakan, atau pun apa yang kita inginkan.
James O. Proschaska dan Carlo C. Diclemente pernah melakukan penelitian tentang apa penyebab utama pertengkaran suami istri dalam rumah tangga, ternyata penyebab utamanya adalah komunikasi. Masalah komunikasi sering menjadi masalah utama namun sayangnya tak banyak yang menyadari kalau permasalahan mereka berawal dari masalah komunikasi. Tak sedikit juga pertengkaran yang berawal dari masalah komunikasi membuat renggang hubungan suami istri hingga berujung pada perceraian.
Komunikasi dalam pernikahan sangatlah kompleks tidak hanya komunikasi antar pasangan suami istri saja tapi juga perlu diperhatikan komunikasi dengan anak, komunikasi dengan orang tua dan mertua, komunikasi dengan kakak dan adik ipar serta komunikasi dengan kerabat lainnya. Sebab pernikahan adalah pertemuan dua orang yang berbeda latar keluarga, suku, daerah, kebiasaan dan juga kebudayaannya. Tentu tak mudah menyatukan persepsi, menyamakan pemahaman dalam banyak perbedaan ini. Namun disinilah seninya komunikasi dalam hubungan suami istri. Jika berhasil melewati maka akan terasa indah diujungnya, cinta pun semakin bersemi dan ikatan semakin menguat. Akan tetapi jika gagal dalam berkomunikasi bisa-bisa malah menyebabkan gagal juga pernikahannya.
“Berbicara itu mudah, begitu kata mutiara yang saya pelajari waktu SD. Karena mudah, keterampilan berbicara tak diajarkan secara khusus. Demikian juga adab-adab berbicara nyaris tak dikenalkan. Yang sulit adalah berbuat. Begitu sulitnya sehingga murid-murid tidak pernah diajari berbuat untuk mewujudkan hal yang besar. Jangankan yang besar, yang agak besar pun tidak”
(Ustadz Moh. Fauzil Adhim)
Komunikasi antara aku dan kamu
“Barangsiapa menikahi seorang wanita karena memandang kedudukannya maka Allah akan menambah baginya kerendahan. Barangsiapa menikahi wanita karena memandang harta bendanya, Allah akan menambah baginya kemelaratan. Barangsiapa menikahi wanita karena memandang keturunan-nya, Allah akan menambah baginya kehinaan. Tetapi barangsiapa menikahi seorang wanita karena ingin menundukkan pandangannya dan menjaga kesucian farjinya, atau ingin mendekatkan kekeluargaan, maka Allah akan memberkahinya bagi istrinya dan memberkahi istrinya baginya.”
(H.r.Bukhari)
Rasulullah Saw berpesan pada kita dalam hadits ini agar meluruskan niat sebelum menikah. Jangan sampai kita menikah hanya karena niat yang bersifat duniawi saja. Ketika niat menikah hanya karena dunia sebutlah karena kecantikan, harta, keturunan, atau pun jabatan maka segala sikap dan perkataan dalam hubungan rumah tangga hanya karena hal-hal yang bersifat duniawi juga. Namun jika niat pernikahan untuk menjalankan ibadah semata untuk meraih ridho Allah Swt maka bisa dipastikan setiap sikap dan tutur kata yang tersampaikan akan nampak indah karena semuanya karena Allah Swt.
Ustadz Moh.Fauzil Adhim memberi penjelasan tentang hadits ini, beliau menyampaikan Niatan yang berbeda akan menumbuhkan cara pandang yang berbeda. Cara pandang yang berbeda memberikan dampak yang berbeda bagi perasaan dan jiwa kita. Ketika orang lain memandangnya sebagai kesibukan yang meletihkan, kita justru menemukan kebahagiaan saat harus terjaga malam-malam. Kita merasa bersemangat karena kita yakin bahwa di atas setiap keletihan kita, Allah akan mengaruniakan surga yang tinggi. Karena semangat yang sama, kelahiran anak keempat kita sambut dengan berseri-seri, sedangkan orang lain justru merasa panik, “Saya jengkel sekali. Istri saya tidak memakai spiral. Itu anaknya belum genap setahun, sudah hamil lagi.”
Niat yang tulus ikhlas untuk meraih ridho Allah dalam pernikahan akan melahirkan kata-kata yang indah dalam setiap komunikasi. Disinilah perlunya niat, dan sangat penting sekali bagi siapa saja yang akan menikah agar membenahi niatnya terlebih dahulu.
Niat yang benar ketika akan menikah juga akan menumbuhkan cinta pada pasangan, karena saat seseorang menikah dengan niat ingin meraih ridho Allah Swt tentu dia sadar kalau setiap aktivitas yang dilakukannya pada pasangan adalah bentuk ketaatan pada Allah Swt. Ia tak butuh lagi alasan untuk mencintai pasangannya, ia tak butuh banyak dalih untuk bisa memberikan yang terbaik bagi pasangannya sebab dia melakukan semua itu sebagai bentuk cintanya pada Allah Swt, sebagai cara untuk meraih ridho Allah Swt.
John Gray penulis buku Pria dari Mars dan Wanita dari Venus menyebutkan bahwa laki-laki dan wanita adalah dua makhluk yang berbeda. Berasal dari dua planet yang berbeda sehingga memili cara pikir yang berbeda, cara pandang yang berbeda, cara menyikapi masalah yang berbeda dan banyak perbedaan lainnya. Di bumi mereka dipersatukan, mars dan venus menyatu dalam bingkai pernikahan. Sebab mereka berbeda, masing-masing dari mereka memperlakukan pasangannya sebagaimana dirinya ingin diperlakukan disinilah peliknya. Disinilah pada akhirnya dibutuhkan keahlian komunikasi antara suami dan istri.
Suami semestinya memahami bagaimana pola komunikasi istrinya, ia semestinya mengerti bagaimana memperlakukan wanita, dan apa sebenarnya yang diinginkan oleh wanita. Begitu pula sebaliknya istri juga penting memahami tentang laki-laki, bagaimana pola komunikasinya, dan bagaimana laki-laki ingin diperlakukan.
Benarnya niat adalah pondasi utama dalam komunikasi dengan pasangan, namun tentu itu saja tidaklah cukup. Dibutuhkan ilmunya, dibutuhkan ilmu bagaimana berkomunikasi dengan pasangan.
Memupuk cinta pada pasangan lewat komunikasi
Siapa yang tidak mau cinta dalam rumah tangganya terus tumbuh bersemi, tentu semua pasangan menginginkannya. Dan komunikasi bisa menjadi jalan untuk memupuk cinta dalam kehidupan rumah tangga. Komunikasi bisa menjadi gerbang awal dari kebahagiaan rumah tangga, meskipun sebaliknya komunikasi juga bisa menjadi penghancur kehidupan rumah tangga.
Tentu anda semua menginginkan komunikasi yang terjalin dengan pasangan adalah komunikasi yang membahagiakan. Komunikasi yang membuat anda menyadari kalau pasangan anda semakin hari semakin menyayangi anda, pun begitu dengan pasangan anda semakin hari semakin cinta pada anda. Kebersamaan adalah kebahagiaan, dan perpisahan menjadi satu hal yang menyakitkan, karena ia akan sangat merindukan anda.
Dan bergaullah dengan mereka secara makruf. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (An-Nisa:19).
Ustadz Cahyadi takariawan dalam bukunya wonderful couple mengutip penjelasan dari Syeikh Muhammad Abduh tentang ayat diatas. Penjelasan beliau adalah :
“Artinya wajib bagi kalian wahai orang-orang mukmin untuk mempergauli istri-istri kalian dengan bijak, yaitu menemani dan mempergauli mereka dengan cara yang makruf (baik) yang mereka kenal dan disukai hati mereka, serta tidak dianggap mungkar oleh syara’, tradisi dan kesopanan.
Maka mempersempit nafkah dan menyakitinya dengan perkataan atau perbuatan, banyak cemberut dan bermuka masam ketika bertemu mereka, semua itu menafikan pergaulan secara makruf. Diriwayatkan dari salah seorang salaf bahwa dia memasukkan ke dalam hal ini perihal laki-laki berhias untuk istri dengan sesuatu yang layak baginya, sebagaimana istri berhias untuknya”
Ustadz Cahyadi menambahkan, termasuk juga dalam kategori diatas adalah keterampilan berbicara, tertawa, merespon, empati dan berlaku romantis pada pasangan.
Untuk bisa menjadikan setiap aktivitas dengan pasangan bernilai ibadah, setiap kata yang tertutur bernilai cinta dan semakin menumbuhkannya tentu dibutuhkan komunikasi dengan pasangan. Berikut adalah beberapa tips memupuk cinta lewat komunikasi.
- Tak kenal maka tak sayang Ini ungkapan lama, berlaku juga pada hubungan suami istri khususnya dalam komunikasi. Semakin anda mengenali pasangan anda maka akan semakin mudah anda berkomunikasi dengannya. Kenali apa yang disenanginya, apa yang tidak disukai, apa makanan kesukaannya, apa warna kesukaannya, kapan waktu yang paling nyaman baginya untuk mengobrol. Tanyakan pada pasangan anda, bagaimana pola komunikasi yang diharapkannya, perlakukan dia seperti apa yang ingin selalu didapatkannya. Selain itu anda juga perlu mengenali bahasa tubuhnya, bagaimana saat dia marah, saat dia senang, saat dia kesal dan lain sebagainya. Semakin anda mengenalinya, maka anda akan semakin tau seperti apa berkomunikasi dengannya. So, mulailah untuk mengenalinya lebih dalam.
- Mencoba untuk saling terbuka Saling terbuka dalam banyak hal, karena dengan saling terbuka akan menjauhkan diri anda dan pasangan dari sikap saling curiga dan syak wasangka. Tak perlu ada lagi rahasia-rahasia antara anda dan pasangan, jika anda menginginkan sesuatu darinya sampaikanlah, jika anda tak menyukai sesuatu darinya ungkapkanlah. Kejujuran dan keterbukaan ini akan menjadikan komunikasi dengan pasangan semakin menyenangkan.
- Tak perlu sungkan, ungkapkan kata-kata mesra Tak sedikit pasangan yang setelah menikah malah menjadi kaku. Tak ada kata-kata mesra, tak ada gombalan dan keromantisan. “Kita kan bukan anak muda yang pacaran dalih mereka” padahal kata-kata mesra dan romantis pada pasangan adalah bumbu dalam kehidupan rumah tangga, ini penting dalam komunikasi suami istri. Sesekali tulislah puisi atau kata mutiara untuk pasangan anda, atau saat berdua sampaikanlah dengan tulus sembari menatap matanya kalau anda begitu mencintai dan menyayanginya. Begitu juga saat dia melakukan kebaikan berikan pujian yang tulus, ketika ia melakukan kekhilafan maafkanlah ia dengan senang hati sembari membumbui dengan ucapan mesra. Tak perlu marah dan menyalahkannya
- Menjadi pendengar yang baik Sering terjadi ini menjadi masalah bagi banyak laki-laki. Wanita ingin didengarkan bukan untuk mencari penyelesaian dari masalah yang dirasakannya tapi hanya sekadar ingin dirasakan apa yang dirasakannya. Namun para lelaki terkadang tidak peka akan hal ini. Sehingga bersikap tak acuh pada pasangannya.Selain keahlian berbicara, hal penting dalam komunikasi adalah mendengarkan, dan mendengarkan pasangan akan menguatkan hubungan dalam rumah tangga
- Waktu berkualitas tanpa gadget Bisa kebayangkan saat istri dan suami berpisah dari pagi hingga malam, dan saat pertemuan malam masing-masing sibuk dengan gadgetnya. Gadget itu hanya benda mati, jangan sampai keberadaannya membuat kita abai pada yang hidup, pasangan kita. Kalau perlu siapkan waktu berkualitas dengan pasangan anda tanpa gadget. Komunikasi anda tentu akan terganggu saat enak-enak ngobrol eh pasangan malah sibuk dengan gadgetnya. Tentu hal ini tak baik.
- Percakapan bantal yang penuh kemesraan Waktu terbaik untuk berkomunikasi adalah ngobrol menjelang tidur diatas bantal, saling mendengarkan, saling memberi masukan dan mengingatkan. Pola ini cocok dilakukan jika anda atau pasangan adalah orang yang sibuk sehingga menyebabkan pulang larut malam. Manfaatkanlah waktu menjelang tidur untuk membangun komunikasi dengan pasangan
- Melihat ketepatan waktu dalam membicarakan sesuatu Nah ini penting, karena luapan emosi terkadang kita sering tidak melihat kondisi dalam menyampaikan sesuatu. Boleh jadi pasangan anda dalam kondisi sangat lelah pulang bekerja, lalu dia harus mendengarkan keluhan dari masalah yang anda alami. Tentu hal ini tidak baik, pilihlah waktu yang tepat untuk menyampaikannya.Perhatikan kondisi moodnya, jangan sampai kekeliruan dalam memilih waktu malah menjadikan komunikasi dengan pasangan menjadi terganggu.
Bahasa cinta dalam komunikasi suami istri
Salah satu bagian penting dari komunikasi dengan pasangan adalah memiliki keterampilan berbahasa cinta. Bahasa cinta inilah yang nanti akan menjadikan komunikasi suami istri menjadi semakin indah, hubungan pun semakin menguat dan cinta pun semakin erat.
Bahasa cinta sangat dipengaruhi 3 elemen utama, yang pertama adalah waktu mengucapkan, kata yang diucapkan serta bagaimana pengucapannya. Baik, kita akan coba bahas satu per satu.
- Waktu pengucapan Setiap pasangan harus bijak melihat suasana saat komunikasi dengan pasangan. Melihat suasana hati pasangan, keadaan fisik pasangan serta keadaan pikiran pasangan. Tentu menjadi sesuatu yang keliru saat pasangan dalam kondisi banyak masalah yang dihadapinya tiba-tiba kita menyampaikan keluh kesah masalah yang kita hadapi. Atau saat suami kelelahan pulang bekerja kita menyampaikan sesuatu yang cukup berat yang menguras pikirannya.
- Kata yang diucapkan Yang kedua adalah kata yang diucapkan, alangkah lebih indahnya kita memiliki kata-kata spesial bagi pasangan kita. Kata-kata penuh cinta, nyastra dan romantis. Rasulullah pun memiliki panggilan spesial untuk istrinya Aisyah R.a dengan ya humaira (yang kemerah-merahan). Selain panggilan spesial juga pada penyusunan kata-katanya. Selalu berusaha ucapkan kata positive dan indah pada pasangan, bahkan ketika sedang berbeda pendapat sekalipun. Hindari pengucapan kata-kata yang bernada ancaman, menghina dan mencaci pasangan sendiri.
- Bagaimana pengucapannya Bagaimana anda mengucapkan kata-kata pada pasangan anda akan sangat mempengaruhi kualitas komunikasi anda. Cara pengucapan termasuk di dalamnya bahasa tubuh, intonasi kata dan juga tatapan mata. Berbicara dengan bentakan dengan lemah lembut tentu berbeda, berbicara sembari memegang smartphone dengan menatap matanya penuh perhatian juga berbeda. So, berbicaralah dengan cara terbaik bagi pasangan anda.
Komunikasi antara kita dan orang tua
Selain dengan pasangan, yang pelu diperhatikan juga adalah komunikasi dengan orang tua dan mertua setelah menikah. Meskipun seorang wanita setelah menikah ketaatannya berpindah pada suaminya tentu bukan berarti tak berbakti lagi pada orang tua. Berbakti pada orang tua tentu tetap menjadi kewajiban bagi anaknya. Begitu juga pada mertua, setelah menikah orang tua dari pasangan akan menjadi orang tua kita sendiri. Orang tuamu, orang tuaku.
Sebagai anak dan menantu kita harus berusaha bijak dalam menghadapi perbedaan dengan orang tua atau mertua. Anak tak perlu merasa benar, dan menganggap orang tuanya ketinggalan zaman saat orang tua memberikan nasihat. Pada hakikatnya tujuan orang tua kita tentu untuk kebaikan anaknya, orang tua ingin anaknya bahagia namun terkadang pemaknaan arti bahagia antara orang tua dan anak berbeda. Saat yang disampaikan oleh orang tua kita adalah kebaikan, meskipun berat bagi kita menjalaninya cobalah untuk menerima dengan penuh keikhlasan. Jalankan itu sebagai bentuk bakti kita pada orang tua.
Namun jika seandainya terjadi ketidaksetujuan pada orang tua sampaikanlah dengan baik-baik. Sampaikan dengan penuh kelembutan serta kasih sayang. Kunci komunikasi dengan orang tua adalah cinta, sampaikanlah dengan penuh cinta pada mereka.
Alangkah baiknya masing-masing pasangan di awal pernikahan menyampaikan pada pasangannya tentang orang tua masing-masing. Apa yang disukai dan tidak disukai oleh orang tua mereka. Pengenalan akan orang tua ini akan membantu dalam proses komunikasi antara kita dengan orang tua atau mertua.
Agar selalu terjalin komunikasi yang baik dengan orang tua dan mertua, perlakukanlah mertua kita sebagaimana memperlakukan orang tua sendiri. Jalin silaturahim secara berkala pada mereka, bawa oleh-oleh berupa makanan atau barang yang mereka sukai.
Sumber referensi :
- Buku Barakallahulaka bahagianya merayakan cinta karya Ustadz Salim A.Fillah
- Buku Wonderful Couple Karya Ustadz Cahyadi Takariawan
- Buku Kado pernikahan untuk istriku karya Ustadz Mohammad Fauzil Adhim
- Buku Laki-laki dari mars dan wanita dari venus karya John Grays
- Buku Jodohmu Dekat, Dia Ada Dalam Dirimu karya Uda Agus Ariwibowo