Jalan Menjemput Jodoh Bagi Muslimah

Tak sedikit muslimah yang merasa bingung bercampur khawatir ketika usia semakin menua namun jodoh tak kunjung bersua. Pacaran tidak mungkin dilakukan, sebab sudah jelas larangannya. Lalu bagaimana solusinya untuk menemukan jodoh bagi muslimah ?

Ada satu hal utama yang sering terlupakan (mungkin tidak tau) baik oleh anak perempuan sendiri maupun ayahnya. Bahwa mencarikan jodoh dan menikahkah anak perempuan adalah salah satu kewajiban dari seorang ayah. Para ayah lupa akan hal ini, anaknya juga tidak tau sehingga akhirnya anaknya bingung sendiri bagaimana cara menemukan jodohnya.

Ada yang ayahnya sudah mau mencarikan anaknya jodoh, tetapi sang anak tidak mau menerima lantaran termakan cerita lama kalau pernikahan yang dipaksakan ala siti nurbaya itu tidak akan membawa kebahagiaan. Sebagai solusinya tentu perlu kesadaran baik dari ayah maupun anak, anak mesti sadar kalau dicarikan oleh sang ayah adalah salah satu hak yang harus diterimanya. Begitu juga ayah, sadar kalau kewajiban mencarikan anaknya jodoh adalah bagian dari tanggung jawabnya. Ketika kesadaran ini hadir akan tentu akan pembicaraan dan musyawarah antara orang tua dan anak, jodoh seperti apa yang diharapkan oleh anak dan seperti apa yang diharapkan oleh orangtua. Sehingga pada akhirnya buah dari kesepakatan antara anak dan ayah inilah yang menjadi kriteria jodoh yang akan dicarikan oleh sang ayah.

Terkadang perkara jodoh ini unik, ada yang butuh ikhtiar untuk mencarinya, namun ada juga yang datang sendiri ke rumah. Tiba-tiba ada laki-laki datang bertamu dan menyatakan niat ingin melamar. Nah, dalam memberi keputusan apakah laki-laki itu akan diterima atau tidak tentu harus antara kesepakatan anak dan orangtua.

Ada satu kisah menarik tentang jalan menemukan jodoh, dan kisah ini tercatat dalam Al-qur’an. Bercerita tentang putri Nabi Syu’aib yang minta dinikahkan dengan Nabi Musa As.

“Salah seorang di antara kedua wanita itu berkata: ‘Ya bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita) karena sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dipercaya’”
(Q.s. Al-Qashshash : 26)

Ketika itu putri Nabi Syu’aib As baru saja pulang dari sumur mengambil air. Dan di sumur itu dia dibantu oleh seorang pemuda yang kekar lagi kokoh tubuhnya. Laki-laki tampak baik akhlaknya, dan juga tampan wajahnya. Hingga putri Nabi Syu’aib As pun meminta sang ayah untuk menikahkannya dengan laki-laki tersebut.

Jadi, ketika anak gadis menemukan satu laki-laki idaman yang menurutnya bagus agamanya, indah akhlaknya dan juga lemah lembut tutur katanya. Lalu, si anak gadis ini merasa kalau laki-laki tersebut cocok dan pantas sebagai calon suami sekaligus sebagai calon ayah bagi anak-anaknya kelak. Maka, tidak ada salahnya meminta sang ayah untuk menikahkan dirinya dengan laki-laki itu, meneladani cara yang dilakukan oleh putri Nabi Syu’aib As.

Bagi muslimah yang aktif dalam kegiatan pengajian atau komunitas keislaman tentu memiliki satu jalan untuk menemukan jodoh. Salah satunya adalah ta’aruf. Komunitas pengajian tentu diisi oleh mayoritas orang-orang shaleh, setidaknya  adalah orang-orang yang menginginkan dirinya menjadi lebih shaleh. Biasanya disini ada guru ngajinya atau sering disebut sebagai Murabbi/ah. Jika merasa diri sudah siap untuk menikah dan membangun rumah tangga maka bisa mengajukan proposal nikah pada guru ngajinya, tentu juga disertakan biodata diri untuk menjalani proses ta’aruf. Nanti para guru ngaji inilah yang berembug kira-kira siapa yang cocok untuk dita’arufkan dengan anda.

Proses ta’aruf ini InsyaAllah adalah salah satu ikhtiar memulai pernikahan dengan cara yang Allah ridhoi. Proses ta’aruf ini menjaga setiap yang berta’aruf dari maksiat (pacaran) dan juga menjaga masing-masing pihak yang berta’aruf dari penyesalan setelah menikah nanti. Proses ta’aruf adalah proses mengenali calon suami secara lebih dekat, mencoba menemukan kecocokan dalam dirinya.

Yang berta’aruf tidak mesti menikah, dan tidak ada jaminan akan menikah. Sebab, jika dalam proses ta’aruf masing-masing pihak ada yang merasa tidak cocok tentu boleh menyudahi proses tersebut.

Selain bagi yang ikut pengajian, sebenarnya ta’aruf juga bisa dilakukan oleh siapa saja. Asalkan memenuhi syarat-syarat dalam ta’aruf. Setidaknya ada 3 syarat utama dalam melakukan proses ta’aruf.

  1. Ada pendampingnya. Jadi ta’aruf tidak dilakukan berdua, ada perantara yang mendampingi. Tujuannya adalah untuk menjaga masing-masing pihak dari aktivitas maksiat sekecil apapun itu seperti zina hati.
  2. Memiliki batas waktu, untuk menjalankan proses ta’aruf mulai dari tukar biodata, ketemuan hingga akhirnya memutuskan apakah akan lanjut ke jenjang pernikahan atau tidak membutuhkan waktu paling 3 bulan.
  3. Yang bert’aruf sudah memiliki kesiapan untuk menikah. Ini syarat utamanya, jangan sampai ta’arufnya sudah siap tetapi menikahnya menunggu dua atau tiga tahun lagi. Kesiapan menikah diukur dari kesiapan mental, ilmu agama, dan juga bekal materi khususnya untuk laki-laki.

Begitulah, sederhanya proses ta’aruf. Salah satu jalan untuk menemukan jodoh bagi seorang muslimah. Seorang muslimah semestinya tidak perlu malu minta dinikahkan oleh orangtuanya sebagaimana yang dilakukan oleh putri Nabi Syu’aib, atau jika memang perlu menawarkan diri pada laki-laki terlebih dahulu pun juga tidak masalah. Banyak yang merasa malu melakukan hal ini padahal ini dibolehkan secara syariat. Sementara berpacaran yang penuh maksiat saja banyak yang tidak malu melakukannya.

Itulah beberapa jalan ikhtiar menemukan jodoh sejati, tentu masih ada jalan-jalan ikhtiar yang lain. Selama itu tidak bertentangan dengan syariat Islam, sejalan dengan fitrah manusia dan semakin mendekatkan kita pada ridha Allah Swt silakan saja dicoba. Sebab, orang bijak sering mengatakan jodoh memang di tangan tuhan tapi jika tidak diambil-ambil ya tetap di tangan tuhan. Intinya berikhtiarlah, temukan pangeranmu.

Referensi : Buku Jodohmu Dekat Dia Ada Dalam Dirimu dan Ensiklopedia keluarga sakinah


Posted

in

by

Tags: