Ibarat akan menempuh perjalanan panjang tentu perlu menyiapkan bekal-bekal yang mungkin akan diperlukan diperjalanan, contohnya jika kita mau travelling ke suatu negara tentu kita akan menyiapkan bekal-bekal perjalanan seperti budget dana yang dibutuhkan selama perjalanan, pakaian selama perjalanan, makanan selama perjalanan, tempat penginapan, camilan selama diperjalanan serta tak lupa juga kamera untuk mendokumentasikan hal-hal indah selama perjalanan.
Sementara pernikahan adalah sebuah perjalanan, berbeda dengan travelling yang anda akan kembali ke tempat asal dalam waktu yang telah ditentukan, sementara pernikahan adalah perjalanan yang tak akan kembali, setelah selesai ijab kabul antara walimu dengan calon suamimu , terucap kata “SAH” dan diamini oleh saksi-saksi, maka dari detik itu perjalanan panjang itu dimulai, perjalanan yang akan dipertanggung jawabkan dunia akhirat, perjalanan yang akan menentukan nasib baik atau buruknya umat masa depan. Untuk menghadapi perjalanan yang begitu panjang, begitu melelahkan ini tentu ada hal-hal penting yang mesti dijadikan bekal atau persiapan oleh setiap muslimah. Sebenarnya jika kita data banyak sekali persiapan-persiapan yang mesti disiapkan, akan tetapi pada saat ini kita akan bahas tiga saja yang menurut kami teramat penting.
Tiga persiapan penting itu adalah :
1. Menyiapkan diri menjadi istri
Setelah resmi akad pernikahan maka disaat itu juga tanggung jawab terhadap dirimu beralih dari orang tua kepada suamimu, jadi setelah menikah ketaatan kepada suamimu jauh lebih utama dari pada ketaatan pada orang tua, patuh kepada suami jauh wajib dari pada patuh kepada orang tua. Ini bukan berarti durhaka pada orang tua, menghormati orang tua tetap jadi kewajiban tapi lebih mendahulukan kewajiban menghormati suami, contoh kasus jika suatu saat orang tua meminta melakukan sesuatu pada istri maka si istri wajib minta izin dulu pada suami.
Belajar memahami cara komunikasi seorang laki-laki, karena cara komunikasi laki-laki dengan perempuan jelas berbeda, contohnya ketika punya masalah laki-laki cenderung memilih diam dan tidak mau berbicara, suami ingin menyelesaikannya sendiri dan baru akan memberi tahu dan menceritakan masalahnya kepada istri. Sementara wanita cenderung akan curhat banyak bicara ketika punya masalah. Kesalahan umum yang sering terjadi adalah ketika sang istri memperlakukan suaminya seperti wanita berfikir, ketika melihat suaminya punya masalah ia menyerbu dengan berbagai macam pertanyaan maksud dan tujuannya baik ingin menunjukkan perhatian, tapi karena ini bertolak belakang dengan cara berfikirnya akhirnya suaminya malah tidak terima. Belajar dari bunda khadijah disaat suaminya Muhammad Rasulullah SAW pulang dari gua hira dengan kondisi tubuh menggigil ia lansung menyelimutinya dengan selimut yang hangat dan menunggu Rasulullah menenangkan dirinya.
2. Menyiapkan diri menjadi ibu
Siap menikah berarti siap menjadi ibu, menjadi istri dan menjadi ibu itu satu paket yang tidak bisa dipisahkan, terkadang kita miris melihat seseorang yang siap menikah tidak siap menjadi ibu. Ketika sudah menikah maka disaat itu resmilah profesinya menjadi seorang ibu, yang siap mendidik dan mengawal anak-anaknya hingga dewasa. Maka siapkanlah diri untuk menjadi seorang ibu, belajar bagaimana agar bisa menjadi ibu yang baik dan melahirkan generasi-generasi Qur’ani. Ketidak siapan seseorang untuk jadi ibu bisa terlihat ketika melahirkan anak ia malah menitipkan anaknya kepada pembantunya, ia wakilkan tugasnya menyusui anaknya pada “sapi” dengan memberikan susu kaleng pada anaknya. Atau mungkin masih pakai ASI tapi ASI yang dimasukkan kedalam botol, yang mana ASI tersebut diberikan oleh orang lain pada anaknya tanpa emosi, tanpa kasih sayang hanya sebatas menjalankan tugas.
Padahal saat-saat menyusui dengan anaknya selama dua tahun adalah masa-masa emas untuk membangun kedekatan dengan anaknya, menatap mata anaknya, sambil dielus-elus kepalanya sembari dibacakan ayat-ayat suci Al-Quran, sambil diceritakan kisah nabi-nabi dan rasul adalah masa-masa pendidikan yang tak akan terganting oleh secanggih, sehebat atau semahal apapun sekolah didunia ini. Pendidikan itulah yang akan membentuk mental, emosi serta karakternya kelak.
3. Menyiapkan diri menjadi menantu.
Dan sesuatu yang penting dipersiapkan terakhir adalah menjadi menantu, setelah menikah tidak lagi ucapan ini ibuku, itu ibumu yang ada hanya kata ibu kita. Sama kewajiban menghormatinya, menghargainya serta mematuhinya. Termasuk juga kepada keluarga-keluraga suami yang lain, bangun hubungan baik dengan mereka, karena sejatinya pernikahan bukan hanya menjalin ikatan antara kamu dan dia, tapi pernikahan adalah menyatukan dua keluarga besar yang berbeda. Dengan membangun hubungan baik pada keluarga suami maka InsyaAllah akan menambah kebarokahan pernikahan tersebut.
Semoga Beramanfaat buat sahabat semua, silakan dibagikan kepada teman-temannya yang lain. InsyaAllah semakin menyebar kelebih banyak orang akan jadi makin baik.